Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad

LANTARAN TULISAN



Istriku sedang hamil muda. Harapku, semoga, di dalam perutnya adalah benar-benar murni benihku. Masalahnya, aku menyesal terlanjur menikahinya. Bukan karena keburukrupaannya, tapi justru karena kecantikannya. Sungguh!, aku amat sangat menyesal menikahinya, kenapa tidak sejak dulu saja. Malam pertama, ah! Indahnya. Sebentar lagi, istriku berulang tahun yang ke-28. seperti biasanya, ia minta dikado buku. Adat iku berlaku semenjak aku masih memacarinya dulu. Bahkan, hingga kini, ketika aku benar-benar menjadi pendamping hidupnya. Tidak hanya satu buku pinta pastinya, tapi, 4 buku sekaligus. ”Adduh! Pusssing juga daku sayangku!” Rintihku, tapi hanya dalam kalbu.
Kebetulan, rekanku sepesantren dulu, Kang Edo, kini adalah penjual buku. Tokonya juga lumayan besar. Sebenarnya, sudah lama aku dan istriku berlangganan kepadanya. Hanya saja, bulan ini, ada yang cukup fantastis. Kabarnya, toko bukunya yang bernama ’Moropinter books’ bulan-bulan ini masih masuk dalam promosi berani. Kata Kang Edo, siapa saja yang mau mampir dan membeli 3 buku sekaligus di tokonya, maka dia akan mendapatkan satu buku gratisan. Tidak tanggung-tanggung, satu buku gratisan adalah pilihan sesuka hati pembeli sendiri. Bagiku dan pastinya bagi kebanyakan orang lain, kesempatan ini tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Itung-itung, untuk mengurangi biaya pengeluaran. Anehnya, Kang Edo kemarin menghubungiku dan memintaku untuk bersedia mengunjungi toko bukunya. Masalahnya, menurutnya ada yang tidak beres dengan toko bukunya. Kang Edo merasa ada yang mencoba bermain guna-guna. Kebetulan di sekitar toko bukunya, juga ada 3 toko buku lain yang selalu berebut bermain tak-tik untuk menarik konsumen. Namanya saja persaingan bisnis, terkadang pikirannya yang penting menang. Masalah cara, itu terserah orangnya. Bahkan, terkadang ada juga yang mencoba bermain dengan barang-barang ghaib dan berurusan dengan makhluk-makhluk ghaib pula. Kejanggalan yang dirasa Kang Edo adalah menurun dastrisnya jumlah pelanggan setelah diadakan promosi gila-gilaan.
Akhir-akhir ini, ketika masa promosi masih digelar, pelanggan yang diperkirakan melonjak 100% lebih dari hari biasanya, malah menurun 50%. Sementara, jumlah pengunjung di toko buku sekitar ’Moropinter books’, terutama toko buku seberang jalan malah mengalami lonjakan yang mengagetkan. Padahal, hanya toko Kang Edi yang dirasa paling gila menawarkan promosi. Promosi toko buku seberang jalan hanya berani memberikan potongan harga 10% untuk pembelian 2 buku. Toko disamping kirinya, berpromosi berhadiah kaos untuk pembelian 5 buku sekaligus. Dan  yang terparah adalah toko buku samping ’Moropinter books’ belum berani memberikan promosi karena baru berdiri. Kang Edo benar-benar menduga kuat bahwa, di belakang ini semua pasti ada yang mencoba bermain ilmu hitam atau sejenisnya. Ya!, pasti.
Seusai sholat maghrib, aku dan istriku benar-benar menemui Kang Edo di toko bukunya. Aku merasa terpanggil untuk bisa ikut memecahkan permasalahan yang menimpa sahabat karibku dulu.
Ketika aku dan istriku baru sejengkal melangkahkan kaki masuk ke dalam, tiba-tiba tangan istriku yang sedari tadi aku pegangi, dilepaskannya dari genggaman erat dan mesraku.
”Huwwek!, huwwek!”
Tangannya ia katupkan pada mulut bergincunya. Ia mau muntah. Katanya, ia mencium harum bunga yang amat sangat menyengat. Aku mulai menaruh curiga. Bulu kudukku berdiri. Istriku gemetar. Aku mulai cemas. Jantungku bergetar lebih kencang.
”Kenapa hanya istriku yang mencium harum bunga itu?” batin curigaku. ”Padahal, aku tidak mempunyai masalah dengan indera penciumanku. Ketika aku mencium pipi kiri istriku tadi saja aku masih sempat menemukan dan menjamah keharuman bedaknya.”
Kali ini istriku benar benar ingin muntah. Ia pening benar dengan bau harum mencurigakan itu. Secara perlahan, aku membopongnya kembali ke dalam mobil. Aku ambilkan ia minyak angin dari dalam box mobil. Setelah mencium keningnya, aku berbisik pelan,
”Istirahatlah dulu, tidak apa-apa, biar abang saja yang masuk ke dalam.”
Lama benar aku dan Kang Edo bercengkrama di dalam toko. Aku juga sempat menceritakan perihal sesuatu yang menimpa istriku tadi. Kami sangat yakin adanya orang yang bermain guna-guna. Aku kembali mengingatkannya untuk mengamalkan bacaan surat Al-Fatihah 100 kali perhari. Aku pun juga berjanji untuk membantunya jarak jauh.  Setelah aku membeli 3 buku permintaan istriku, benar saja, aku mendapatkan satu buku gratisan dengan pilihan sesukaku sendiri. Kang Edo juga sempat menyodoriku 5 lembar stiker promosi untuk aku sebarkan ke berbagai penjuru. Setelah berpamitan pulang, aku bergegas menuju ke mobil. Aku agak hawatir dengan keberadaan istriku.
”jangan-jangan sakitnya makin parah, jangan-jangan diganggu mahluk halus, atau malah diembat orang. Ah!”
Sebelum aku membuka pintu mobil, aku amat sangat terkaget.  Di depan toko buku Kang Edo, aku melihat sesosok mahluk menyeramkan. Pakaian compang-camping agak tak karuan dan rambut gimbalnya sempat membuatku merinding. Kepalanya menengadah ke atas. Ia seperti melihat sesuatu di atas toko ’Moropinter Books’. Tepatnya sekitar spanduk. Mulutnya komat-kamit seperti membaca mantra. Sebelum ia melengos pergi, aku mencoba memberanikan diri menyapanya.
 ”Tidak ingin membeli buku pak?, mumpung masa promosi masih ada. Banyak untungnya lho!”
Dengan mata misteriusnya, ia pun membalas sapaanku.
”Untung bagaimana to mas! Wong dalam tulisan promosi spanduknya saja jelas-jelas merugikan. Masak ’beli 3 dapat 1’. Kalau  ’beli 3 dapat bonus 1’ saya mau mas, mau banget”
Saya pun memandangi dan mencermati serentetan tulisan pada stiker pemberian Kang Edo tadi. Tulisannya aku bandingkan dengan tulisan pada spanduk di depan toko. Tulisan apa coba yang aku temukan.
 ”Buruan beli buku di sini!!!. ’Beli 3 dapat 1’. cepetan, keburu habis lho masa promosinya!”
”Ooo...! jadi ini biang keladinya!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Membaca ya!!!! Wahai Sahabatku!!!
go to my homepage
Go to homepage