Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad

KIAT MEMBANGUN KELUARGA HARMONIS

 Wong omah-omah kudu siap rekoso. Masalahe, bener omonge wong jowo, "Ena'e sak klenteng, rekosone sa' rendeng".

Ust. Drs. Mudlofir Ihsan
Ponorogo, 15 Desember 2010
  • Adapun kiat-kiat untuk membangun keluarga harmonis adalah:
  1. Iman
  2. Niat
  3. Mencari ridlo Allah. Untuk mencari ridlo Allah sendiri, kiat suksesnya adalah: a) Hilangkan sifat gengsi dalam saling melengkapi. Walaupun kedudukan seorang adalah sebagai suami, jangan gengsi untuk membantu istri memasak di dapur. b) Ketika salah satu dalam kondisi marah (emosi negatif), hendaknya yang lain mengalah. Panas jangan dibalas dengan panas. c). Suami istri hendaknya saling menutupi kekurangan, jangan membuka aib pasangan di hadapan orang. d) Saling percaya dan tidak saling curiga. e) Saling pengertian. f) Saling berbaik sangka
  • Nasehat-nasehat untuk orang tua:
  1. Serepot apapun orang tua, ketika anaknya meminta uang, jangan dibiasakan menyuruhnya mengambil sendiri. Ambilkan!!!
  2. Jadilah orang tua yang dapat dibanggakan oleh anak
  3. Jadilah orang tua yang juweh alias banyak menasehati anak
  4. Biasakan bermusyawarah saat ada masalah keluarga
  5. Manusiakanlah pasangan
  6. Hindari pertengkaran atau kekerasan dalam rumah tangga. Terlebih di depan anak
  7. Jadilah sebagai contoh yang baik untuk generasi penerus (anak)
  8. Kalau ingin diladeni anak, baiknya ladeni pula anak
  9. Tidak ada buruknya apabila sesekali mencoba makan bersama dengan seluruh keluarga. Semisal makan senampan
  10. Bagi suami, jangan membiasakan makan di warung alias tidak di rumah, sementara si istri sudah capek-capek memasakkan. Dikhawatirkan, menyakiti hati si istri.
  • Kisah Nabi Ismail (Kitab Riyadhushsholihin, hadits ke-60 dari kitabul mantsurati wal mulahi. Atau halaman ke sepuluh dari belakang.)
      Siti Hajar (Istri Nabi Ibrahim/ibu dari Nabi Ismail) tidak lagi kesusahan mendapatkan air minum. Tak berselang lama setelah ia berjalan dari bukit shofa ke marwa sebanyak 7 kali, Malaikat jibril datang dan menghentakkan kakinya di daerah dekat ka'bah. Lantaran itulan air zam-zam mengalir. Padahal saat itu, Makkah terkenal tandus lagi kering kerontang.
Rupanya, keberadaan air itu diketahui pula oleh sekelompok suku yang juga sedang kesusahan mencari sumber air. Dengan izin siti Hajarlah, mereka diperkenankan untuk tinggal di situ, dengan catatan air zam-zam tetap menjadi milik Siti Hajr. Di tempat lain, Nabi Ibrohim belum kembali dari pengembaraannya setelah meninggalhan Hajar dan anaknya di dekat rumah Allah tersebut.
Kelompok pendatang semakin banyak, sementara nabi Ismail ikut tumbuh besar. Dari Merekalah Nabi Ismail bisa belajar Bahasa Arab. Bahkan, Nabi Ismail dikenal amat cerdas. Berangkat dari situ, Nabi Ismail dinikahkan dengan seorang gadis dari suku mereka.
Ismail sudah memiliki keluarga. Sebagai kepala keluarga, ia adalah sosok yang amat tanggung jawab. Pagi-pagi sekali ia pergi untuk mencari nafkah, walau terkadang pulang tanpa hasil apapun. Di tengah-tengah kepergian Ismail itulah, datang seorang laki-laki yang tua renta menemui istrinya.
"Ismail ada nak?" Tanya lelaki tua renta itu.
"Ia Sedang pergi berburu, mencari nafkah"
"Bagaimana kehidupan kalian?"
"Kehidupan kami amat sangat sungguh-sungguh susah kek. Kami hidup serba kekurangan dan amat sangat menderita"
Istri Ismail rupanya mengeluarkan seluruh kegersahannya. Ia seakan berujar bahwa, suaminya, Nabi Ismail kurang bertanggung jawab atas keluarga. Padahal, setiap hari Nabi Ismail telah bersusah payah untuk mencarikannnya nafkah.
"Ya sudah nak! Saya pamit. Tolong sampaikan salam saya untuk Ismail. Katakan pula kepadanya, ganti saja palang pintu rumahmu.
Tak berselang lama dari itu, tibalah Nabi Ismail. Mengetahui ada tanda-tanda kehadiran orang lain, Nabi Ismail bertanya kepada istrinya.
"Apa tadi ada tamu?"
"Ya. Seorang lelaki tua. Ia menyampaikan salam utukkmu."
"Wa'alaikumsalam. Apa pesannya?"
"Kamu disuruh mengganti palang pintu rumahmu"
"Ia adalah ayahku, Ibrohim. Lantas, maksud pesannya adalah aku disuruh untuk menceraikanmu. Silahkan kamu kembali ke keluargamu.
Singkat cerita, setelah nabi Ismail menceraikan istri pertamanya, ia menikah kembali dengan gadis yang juga dari kaum tersebut. Hanya saja, ia mendapatkan wanita yang berbalik 180' dari wanita pertama. Istrinya kini adalah sesosok wanita yang tak pernah mengeluh dengan keadaan keluarganya.yang serba kekurangan  Ia juga sesosok wanita yang mau menghargai jerih payah seorang suami.  Bahkan, ketika Nabi Ibrahim mendatangi rumah istrinya, ia sempat berdoa agar rizki keluarganya diberikan barakah oleh Allah.
Hikmah yang dapat diambil adalah, istri yang baik adalah istri yang tidak pernah mengeluh dengan kondisi perekonomian keluarga. Ia juga istri yang mau menghargai jerih payah suami dan tidak membuka aibn keluarganya kepada khalayak ramai.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Selamat Membaca ya!!!! Wahai Sahabatku!!!
    go to my homepage
    Go to homepage