Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad

KEBIASAAN KECIL



“Go! pinjam uangnya!, 5 ribu saja!”
“Untuk apa San?”
“Sudahlah! pokoknya kalau sudah tanggal muda, aku ganti deh!”

Pagi itu, nasi sudah datang. Rupanya, kali ini, Ihsan membeli lauk enak di Kantin pondok. sebungkus sambel iwak, sepotong ayam goreng ipin upin dan sedadar telur goreng.


“Waduh San!, tumben hari ini lauk kamu enak? kagak kayak biasanya. Seringnya, kamu kan hanya makan dengan lauk tempe bacem dan ote-ote (pia-pia)”. Heran Dargo.
“Go! Kamu tadi malam setelah sholat Maghrib kemana?”
“Emang ada apa?” Gersah Dargo
“Apa kamu tidak dengar mau’idhoh dari Ustadz Fatih?”
“Dengar. Aku malah di Shof terdepan!”
“Lha kamu kok malah tidak faham!”
“Tidak faham apanya?” Gertak Dargo
“Tadi malam kan ustadz sudah dawuh, kalau ketika kecil kita sudah terbiasa mengaji setelah sholat Maktubah, maka sampai tua pun kita juga akan rajin mengaji setelah sholat Maktubah. Tapi kalau kecilnya kita udah malesan, tuanya pun juga malesan alias keset. Jadi, kebiasaan seseorang itu, tergantung pada kebiasaan masa kecilnya.”
“Lantas, apa hubungannya dengan lauk enakmu pagi ini?”
“Kamu kok tolol amat sih! Lahir hari Jum’at kliwon ya?”

“Maksud kamu?”
“Kalau kita tarik kesimpulan lebih jauh, berarti, seandainya kecilnya kita biasa makan dengan lauk enak, sampai tua pun lauk makan kita enak terus!”
“Kalau kita tarik kesimpulan lebih jauh, berarti, seandainya kecilnya kita biasa makan dengan lauk enak, sampai tua pun lauk makan kita enak terus!”
“O! Jadi itu maksudmu! Pintar juga kamu!”
“Ya iyalah! Ihsan Sastrodinisan bin Kateman Karyodingran bin Katijan Suromenggalan githu!” Sitir Ihsan berbangga diri
Dargo terdiam agak lama. Ihsan benar-benar menikmati menu makannya pagi ini. Hingga, hampir-hampir ia lupa kalau asal mula uang lauknya adalah hutang.
“Berarti, kalau kecilnya sudah terbiasa ngutang, sampai tua pun juga biasa ngutang. Begitukah maksudmu San?” Dargo bertanya, seolah adalah anak bodoh. Kang Bruri, Mansur dan Kang Adit yang ada di samping mereka berdua ikut tertawa kecut. Hampir terbahak.
Mendengar itu, Ihsan tersedak hingga hampir memuntahkan kembali suapan terakhirnya. Sementara, Dargo cengingisan. Namun, hanya dalam hati.
Ihsan:???????????

Ponorogo, 05 November 2010
Muhith Alhilmy Alhasyimy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Membaca ya!!!! Wahai Sahabatku!!!
go to my homepage
Go to homepage